Profil Desa Capar
Ketahui informasi secara rinci Desa Capar mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Jelajahi Desa Capar di Kecamatan Salem, Brebes, sebuah wilayah dataran tinggi yang memadukan pesona agrowisata kopi robusta, keindahan alam Bukit Bintang, dan geliat ekonomi kreatif melalui BUMDes. Dikenal sebagai penghasil "Kopi Abah Capar" yang khas.
-
Pusat Agrowisata Kopi Robusta
Desa Capar merupakan sentra utama penghasil kopi robusta berkualitas di Kabupaten Brebes, yang dikelola secara profesional oleh BUMDes Giri Mulya dengan produk unggulan "Kopi Abah Capar" dan telah menembus pasar regional
-
Destinasi Wisata Alam
Keberadaan "Bukit Bintang Capar" menjadi daya tarik wisata andalan, menawarkan panorama alam perbukitan dan pemandangan kerlip lampu kota pada malam hari yang memikat pengunjung
-
Ketangguhan di Tengah Tantangan
Meskipun memiliki potensi ekonomi dan wisata yang kuat, Desa Capar juga dihadapkan pada tantangan kebencanaan, terutama risiko tanah longsor yang dapat mengisolasi wilayah dan memerlukan perhatian infrastruktur khusus

Terletak di salah satu sudut dataran tinggi Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Desa Capar di Kecamatan Salem menjelma menjadi sebuah wilayah dengan identitas yang kuat. Jauh dari citra Brebes sebagai penghasil bawang merah, Capar menawarkan aroma khas kopi robusta yang mulai dikenal luas, berpadu dengan pesona alam perbukitan yang menyejukkan. Didukung oleh inisiatif ekonomi lokal melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), desa ini secara perlahan namun pasti memantapkan posisinya sebagai destinasi agrowisata dan pusat ekonomi kreatif yang patut diperhitungkan, meski dihadapkan pada tantangan alam yang tidak ringan.
Desa Capar secara geografis berada di wilayah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, sebuah posisi yang turut memengaruhi corak sosial-budaya masyarakatnya. Secara administratif, desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Salem, sebuah area yang dikenal kental dengan penggunaan bahasa dan tradisi Sunda. Berdasarkan data monografi desa, wilayah Desa Capar berbatasan langsung dengan Desa Ciangir di sebelah utara, Desa Winduasri di sebelah selatan, Desa Wanoja di sebelah timur dan Desa Cimara (Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) di sebelah barat. Letaknya yang strategis ini menjadikan Capar sebagai salah satu gerbang `tersembunyi` di bagian selatan Brebes.
Menurut data Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Desa Capar tercatat sebanyak 812 jiwa. Kendati belum ada data resmi mengenai luas wilayah desa secara spesifik untuk menghitung kepadatan penduduk, sebaran populasi cenderung terkonsentrasi di beberapa dusun yang dihubungkan oleh jalan-jalan pedesaan. Angka ini menempatkan Capar sebagai salah satu desa dengan populasi yang tidak terlalu padat, mencerminkan karakteristik wilayah pegunungan dengan lahan yang lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan dan pertanian daripada pemukiman padat.
Kopi Capar: Penggerak Roda Perekonomian Lokal
Perekonomian Desa Capar bertumpu kuat pada sektor agrikultur, dengan dua komoditas utama yang menjadi andalan yakni kopi robusta dan gula aren. Tanaman kopi, yang telah dibudidayakan secara turun-temurun, kini menjadi ikon utama desa. Dengan luas perkebunan kopi yang diperkirakan mencapai ratusan hektare, sebagian besar dikelola oleh masyarakat di lahan pribadi maupun lahan milik Perhutani, kopi menjadi napas kehidupan bagi mayoritas warga.
Keberhasilan pengelolaan komoditas ini tidak lepas dari peran sentral BUMDes Giri Mulya. Didirikan pada tahun 2017 dengan modal awal dari dana desa, BUMDes ini berhasil mentransformasi cara pandang petani kopi setempat. Salah satu inovasi utamanya ialah pengenalan dan edukasi mengenai pentingnya "petik merah", yaitu hanya memanen biji kopi yang sudah benar-benar matang untuk menjaga kualitas dan cita rasa.
Cipto Edi Santoso, yang dikenal sebagai salah satu motor penggerak BUMDes Giri Mulya, dalam beberapa kesempatan menjelaskan bahwa kehadiran BUMDes bukan sekadar sebagai pengepul hasil panen. "Kami ingin mengubah kebiasaan lama. Dulu, petani memetik semua buah kopi, baik hijau maupun merah. Kini, dengan pemahaman baru, mereka sadar bahwa kualitas adalah kunci. Harga jual ke BUMDes untuk biji petik merah pun lebih baik," ujarnya seperti dikutip media lokal.
BUMDes Giri Mulya kemudian mengolah biji-biji kopi pilihan ini menjadi produk kemasan siap seduh dengan jenama "Kopi Abah Capar". Melalui strategi pemasaran yang menggabungkan penjualan langsung, partisipasi dalam pameran-pameran produk unggulan daerah, hingga pemanfaatan platform digital, Kopi Abah Capar berhasil menembus pasar di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Tegal. Keberhasilan ini memberikan nilai tambah yang signifikan bagi petani dan mengukuhkan Capar sebagai sentra kopi robusta yang diperhitungkan di Brebes.
Selain kopi, produksi gula aren juga menjadi sumber pendapatan penting bagi warga. Pengolahan gula aren yang masih menggunakan metode tradisional menjadi daya tarik tersendiri, menghasilkan produk gula dengan kualitas otentik yang banyak dicari oleh konsumen.
Bukit Bintang Capar dan Potensi Wisata Alam
Di luar sektor pertanian, Desa Capar menyimpan potensi wisata alam yang menjanjikan. Salah satu destinasi yang paling populer dan menjadi ikon baru pariwisata desa ialah "Bukit Bintang Capar". Terletak di salah satu titik tertinggi di desa, objek wisata ini menawarkan pemandangan alam perbukitan yang hijau dan asri pada siang hari. Udaranya yang sejuk dan suasana yang tenang menjadikannya lokasi yang ideal untuk melepaskan penat.
Daya tarik utamanya muncul saat senja berganti malam. Dari puncak Bukit Bintang, pengunjung dapat menyaksikan panorama gemerlap lampu kota dari kejauhan yang tampak seperti taburan bintang di bawah langit. Pemandangan inilah yang mengilhami nama "Bukit Bintang". Dengan harga tiket masuk yang sangat terjangkau, destinasi ini berhasil menarik minat wisatawan lokal, terutama dari wilayah Brebes, Tegal, dan Kuningan.
Pengembangan Bukit Bintang Capar dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan dukungan pemerintah desa. Fasilitas yang tersedia pun terus ditingkatkan, mulai dari area parkir, warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman hangat—termasuk Kopi Capar—hingga gardu pandang dan spot-spot foto yang menarik bagi generasi muda. Keberadaan destinasi ini tidak hanya membuka peluang pendapatan baru bagi warga sekitar, tetapi juga berfungsi sebagai etalase untuk mempromosikan produk unggulan desa, khususnya kopi.
Selain Bukit Bintang, topografi desa yang berbukit-bukit dan dikelilingi hutan pinus juga menyimpan potensi untuk pengembangan wisata minat khusus lainnya, seperti jelajah alam (trekking) dan wisata edukasi perkebunan kopi, yang jika dikelola dengan baik dapat menciptakan paket wisata terintegrasi.
Tantangan Infrastruktur dan Ancaman Bencana
Di balik segala potensi yang dimiliki, Desa Capar tidak terlepas dari tantangan. Kondisi geografisnya yang berada di daerah perbukitan dengan kontur tanah yang curam menjadikan desa ini rentan terhadap bencana alam, terutama tanah longsor. Sejumlah pemberitaan media massa mencatat beberapa kejadian longsor yang menimpa akses jalan utama menuju desa, khususnya saat musim penghujan dengan intensitas tinggi.
Pada akhir tahun 2024 dan pertengahan 2025, misalnya, longsor dilaporkan sempat memutus akses jalan sehingga menyebabkan Desa Capar terisolasi selama beberapa waktu. Kondisi ini menjadi kendala serius, tidak hanya bagi mobilitas warga sehari-hari tetapi juga menghambat distribusi hasil bumi seperti kopi dan gula aren ke luar daerah. Ketergantungan pada satu akses jalan utama menjadi titik kritis yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah kabupaten.
"Setiap kali musim hujan lebat, kami selalu was-was. Akses jalan menjadi tantangan terbesar di sini. Proses pemulihan yang memakan waktu terkadang membuat kami terisolir," ungkap seorang warga dalam sebuah laporan berita.
Menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya mitigasi bencana yang komprehensif, mulai dari pembangunan infrastruktur jalan yang lebih tangguh, sistem peringatan dini bencana, hingga edukasi kepada masyarakat mengenai tanda-tanda ancaman longsor. Peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana menjadi kunci untuk membangun desa yang tangguh.
Masa Depan Capar: Harmoni Alam, Ekonomi, dan Ketangguhan
Desa Capar berada di persimpangan jalan antara peluang dan tantangan. Potensi ekonomi yang digerakkan oleh kopi robusta dan agrowisata telah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap. Peran BUMDes Giri Mulya sebagai inkubator ekonomi lokal menjadi contoh sukses bagaimana sebuah desa dapat mengelola sumber dayanya secara mandiri dan profesional.
Ke depan, sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pemerintah daerah menjadi faktor penentu. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan harus diimbangi dengan upaya konservasi lingkungan untuk menjaga keindahan alam yang menjadi aset utamanya. Di sisi lain, penyelesaian masalah infrastruktur dan mitigasi bencana merupakan prioritas yang tidak dapat ditunda untuk menjamin keberlangsungan aktivitas ekonomi dan keselamatan warga.
Dengan semangat gotong royong dan inovasi yang terus diasah, Desa Capar memiliki peluang besar untuk terus bersinar. Desa ini bukan hanya tentang secangkir kopi yang nikmat atau pemandangan malam yang indah, tetapi juga tentang kisah ketangguhan masyarakat dataran tinggi yang berharmoni dengan alam untuk membangun masa depan yang lebih cerah.